Aku bahkan tak ingat pernah membuatnya . . .

Hello Friends ! I’m Dizi J
Huehehe, sok inggris deh ah ;p
Apa kabarnya nih, semoga baik-baik aja yah, amiin J
Entah mengapa tiba-tiba saja aku teringat bahwa pada masa SMA dulu aku pernah sempat menulis beberapa cerpen untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia. Temanya berbagai macam, ada tentang seorang fans yang laptopnya dihancurkan oleh artis pujaannya sendiri, Afgan. Ada juga tentang seorang cowok yang tobat jadi orang yang ‘super karet’ alias gak tepat waktu, dan banyak deh! Hehehe. Aku pun mencoba mencari filenya di laptop ku, hanya saja aku tidak menemukan cerpen-cerpen tersebut karena baru kuingat kalau aku menge-save nya di Komputer ku yang mana sudah di install ulang yang menyebabkan semua file nya hilang. *huhuu sediih L *. Tapi tak ku sangka aku menemukan sebuah cerpen yang aku sendiri lupa-lupa ingat pernah membuatnya, judulnya Hidayah untuk Maya. Ketika membacanya, aku takjub sekaligus heran, karena menurutku isi ceritanya lumayan menyentuh, dalam hatiku “kok bisa ya aku buat beginian…?”
Hahaa, karena itulah aku ingin berbagi dengan teman-teman akan cerpen yang kubuat sendiri ini. Ceritanya mengenai hidayah yang datang pada seorang cewek metropolis yang datang dari arah yang tak diduga. Aku membuatnya pada saat masih di kelas 2 SMA, di mana saat itu aku sedang mengharapkan hidayah pada Allah karena aku sedang mencintai seseorang yang tidak seharusnya kucintai. Mungkin dari situlah ide keluar dengan lancer bak air mengalir. Dari sisi cerita sih lumayaan lah, nah dari sisi pemakaian kata dan ungkapan, aku masih ‘Zero’ banget nih, alias masih sangat pemula, jadniya tidak terlalu bagus seperti yang biasanya kalian baca di cerpen atau novel karya penulis ternama, maklum, aku emang jarang baca novel sih. Hehehe.
Penasaran dengan ceritanya? Silahkan membaca ! Oh ya, jangan lupa kritik dan saran yaa ! :D

“Selamat ulang tahun, Anis…!!” teriak Maya riang sambil memberikan pelukan hangat padaku. Tak lupa sekotak kado dan sepotong kue tart kecil dipersembahkannya khusus untukku. Kaget, bingung, senang, semuanya ada di benakku.
“ Hah?? Astaghfirullah, aku aja lupa kalau hari ini hari ulang tahunku. Kok kamu bisa inget sih?? Tapi makasih banget ya...Aku jadi terharu nih. Hehe...”gumamku sambil melepas pelukan erat Maya.
”Lhoh...?! Ada-ada aja kamu, Nis...! Masa’ aku lupa sama hari kelahiran sahabatku yang paling cantik ini?! Hehehe... Oh iya, buka dong kadonya...!”
” Oke-oke...! Hmm, apa yaa isinya...?”
Sedikit demi sedikit kertas kado berwarna pink yang membalut kado itupun terbuka. Terlihat sepotong kain berwarna coklat muda yang ternyata adalah kain jilbab.
”Gimana, kamu suka nggak, Nis...? Ini aku beli langsung dari Turki lho... Bahannya lembut dan desainnya juga oke. Pasti cantik deh kalau kamu yang pakai, bakal kelihatan lebih alim, Nis.“ Ujar Maya tersenyum. Aku yang kaget melihat kadonya hanya bisa menangis di depan sahabatku itu.
“Lho kok kamu malah nangis? Kenapa, kamu nggak suka ya sama jilbabnya? Atau aku salah ngomong tadi? Maaf ya, Anis...“ tanya Maya yang panik melihat sahabatnya yang berlinangan air mata.
“Ah, nggak kok... Aku terharu aja punya sahabat sebaik kamu. Aku suka kok sama jilbabnya. Makasih banyak ya, May...” jawabku sambil mengusap air mataku. Aku-pun kembali berpelukan dengannya. Sebenarnya yang membuatku menangis adalah sahabatku, Maya. Maya yang bernama asli Siti Maymunah ini memang sudah sejak lama bersahabat denganku. Kami sudah saling menyayangi layaknya kakak beradik yang tak bisa dipisahkan lagi. Namun ada satu yang sangat kusayangkan. Aku dibesarkan oleh keluarga yang menjunjung tinggi ilmu agama islam. Aku-pun telah berkerudung sejak kelas satu smp. Sedangkan Maya, dibesarkan oleh keluarga yang berkecukupan namun bisa dibilang ”berantakan”. Ayahnya jarang pulang ke rumah, sedangkan ibunya seringkali sibuk dengan urusannya sendiri. Maya yang merupakan anak semata wayang malah jarang diperhatikan dan jarang diberi kasih sayang. Itulah yang membuat Maya suka mencari perhatian dari lingkungan luar rumah. Ia bahkan pernah beberapa kali merokok sampai akhirnya aku mengehentikannya.
Kini Maya sudah jauh lebih baik dari dulu, ia sudah lumayan ceria dan rajin belajar.  Namun sayang, Maya jarang sekali mengerjakan sholat dan ibadah-ibadah lainnya. Ia juga tidak berkerudung dan terkadang suka memakai pakaian yang agak ’sexy’. Padahal aku sudah seringkali menasihatinya untuk kembali ke jalan yang benar, namun Maya selalu berusaha untuk mengelak dan tetap pada pendiriannya. Karena itu, ketika aku  mendapat hadiah kerudung dari Maya, hatiku terasa sangat sedih. Bagaimana bisa ia memberiku kerudung padahal ia saja tidak berkerudung. Fiuhh...,aku benar-benar berharap suatu saat aku dapat memberi Maya kerudung untuk ia pakai sehari-harinya. Aku yakin, Allah pasti akan memberi cara bagi sahabatku itu untuk kembali ke jalan yang benar.
***

Hari ini adalah hari pertama aku masuk kuliah setelah beberapa minggu libur saat lebaran kemarin. Hari ini juga merupakan hari pertama bagi Maya berkuliah di universitas yang sama denganku. Ia pindah dari universitasnya yang dulu karena merasa tidak betah dengan teman-teman kuliahnya yang suka mengucilkannya. Selain itu,  Maya ingin lebih sering bertemu dengan sahabatnya yaitu aku. Di sisi lain, aku menjadi ragu apakah aku bisa terus menemaninya karena aku sendiri memiliki kesibukan di komunitas rohani islam atau Rohis di fakultasku. Ahh..., coba saja Maya juga merupakan anggota Rohis, akan lebih mudah untukku bersama dengannya. Huh, aku masih bingung bagaimana caranya supaya bisa menyadarkan Maya. Apa ya, yang harus kulakukan?
”Tiin..., tiin...!!”  bunyi klakson sedan silver itu langsung membuyarkan lamunanku. Rupanya itu Maya yang baru saja datang dengan wajah cerianya. Seperti biasa, hari ini ia memakai pakaian yang menurutku kurang pantas untuk dikenakan saat kuliah. Kaos ketat berlengan panjang dengan bahu terbuka, dipadukan dengan celana jeans ketat pula. Huff..., sepertinya aku harus terbiasa dengan pemandangan seperti ini setiap harinya.
            Kami pun berjalan menuju kantin. Di sana, seperti biasa, Maya menceritakan tentang hidupnya baru-baru ini alias curhat. Di selingi dengan mie ayam dan juga es teh manis, kami menghabiskan waktu menunggu jadwal kuliah pertama mulai.
            ”Anis, kamu nanti pulang kuliah ada acara nggak? Aku mau ajak kamu shopping ni, udah lama kan kita nggak shopping bareng. Mau nggak?” tanya Maya usai meneguk es teh nya.
Aku melirik Maya, ” Maaf May, bukannya nggak mau. Tapi, hari ini aku ada keperluan di Rohis. Kebetulan aku ditunjuk sebagai penanggung jawab acara Maulid Nabi nanti. Nah, sebulan ini aku bakalan sibuk terus. Jadinya, maaf banget ya kalau aku bakal jarang jalan bareng kamu.”
            ” Oooh, komunitas Mahasiswa Islam itu ya? Emang di Rohis itu kamu ngapain aja sih??”
            ” Hemm... Jadi Rohis itu sebuah komunitas yang tujuannya buat menyiarkan agama Islam di kampus kita ini. Yaa..., caranya dengan membuat berbagai event-event tertentu yang intinya bertujuan agar para mahasiswa fakultas kita ikut berpartisipasi di dalamnya. Nah, aku sebagai penanggung jawab harus bisa mengkoordinir para ’bawahan’ ku supaya bisa bertugas dengan baik sesuai dengan amanah yang dipegangnya. Bla...,bla...,bla.......” Dengan bangga aku menceritakan panjang lebar tentang Rohis berharap ia tertarik untuk mengikutinya.
”Oooh gitu...” Maya mengangguk.
” Memangnya kenapa, May? Kamu mau ikutan Rohis??!” tanyaku bersemangat bak seorang pedagang yang sedang menawarkan barang pada pembelinya.
”Hah...? Nggak kok, Nis. Aku cuma penasaran aja. Lagian aku juga lagi milih-milih kegiatan luar kampus ni. Kayaknya aku mau ikut Modern Dance aja deh, sesuai sama hobiku.”
Yaaaah......, harapanku putus ketika mendengar jawaban Maya. Rasa semangat itupun kembali hilang di kala mengingat nantinya Maya akan semakin larut dalam kehidupan duniawinya. Fiuhh..., jadi nggak nafsu makan nih !
Tak lama kemudian, terdengar suara menyapaku. Sepertinya aku kenal orang ini.
            ”Assalamu’alaikum, Annisa...” suara tegas namun lembut itu menyentuh telingaku dan Maya. Ternyata itu adalah suara milik Muhammad Isroq Amalludin alias Isroq, ketua Rohis di kampusku. Seperti biasa, ia menggunakan baju koko berkerah shanghai dengan celana panjang hitam yang dilipat bagian bawahnya, ya, seusai dengan sunnah Rasul. Tak lupa ia kenakan peci hitam yang semakin menunjukkan identitasnya. Wah, ia memang memiliki aura yang menawan.
            ”Wa’alaikumsalam... Antum ada perlu apa?” balasku singkat.
            ” Anu, Ane mau minta laporan hasil rapat rencana Maulid Nabi nanti. Ada sama antum kan?”
            ”Oh iya.., ada kok. Sebentar ya...!” kuambil tas ku dan ku keluarkan kertas laporan yang diminta Isroq. Tanpa ku sadari, Maya yang ada di sebelahku, daritadi tidak mengucapkan sepatah katapun. Yang ada ia hanya diam terpaku sambil terus memandangi wajah Isroq yang selalu tunduk ketika sedang berbicara dengan akhwat alias perempuan.
            ”Ini kertas copy-an-nya. Yang asli ada sama ane. Nanti kalau butuh yang asli, bilang ane aja ya..”
            ”Syukron, Annisa...! Assalamu’alaikum...” ujar Isroq sambil memamerkan senyum manisnya.
            ”Wa’alaikumsalam....!” jawabku dan Maya serentak.
Isroq pun, bergegas pergi menninggalkan aku dan Maya. Ketika ku menoleh ke arah Maya, ternyata Ia masih melihat ke arah perginya Isroq. Sepertinya ada yang aneh dengan sorot matanya.
            ” Maya..., kamu lihat apa sih??” tanyaku heran. Namun nyatanya Maya belum bergeming.
            ”May...! Maya...!!!” seru-ku menyadarkannya. Akhirnya ia memindahkan arah pandangannya menuju mataku. Namun sorot matanya tajam, seakan yakin akan sesuatu.
”Anis..., aku boleh ikut Rohis nggak??”
Hahaha, ternyata memang ada yang aneh dengan Maya. Kaget memang, tapi, Alhamdulillah....

***

Ini sudah minggu kedua setelah Maya memutuskan untuk mengikuti Rohis. Ia terpilih sebagai seksi dokumentasi karena memang dia memiliki peralatan fotografi yang lengkap. Setiap ada syuro’ alias rapat, Maya pun tak pernah absen. Meskipun di sana ia hanya mengobrol dengan akhwat lainnya, tapi aku sangat bersyukur karena Maya bisa menghabiskan separuh waktunya di lingkungan orang-orang yang shaleh. Ada untungnya juga punya ketua Rohis yang menawan, lumayanlah untuk menarik para akhwat untuk aktif dalam Rohis. Hehe...
Berbagai perkembangan pun terjadi pada Maya. Ia sudah mulai mengerjakan shalat, meskipun masih bolong-bolong. Ia juga sudah jarang menggunakan pakaian-pakaian seksinya. Dan satu yang pasti, dia masih belum berkerudung. Yaah..., yang ini masih proses, mudah-mudahan hidayah segera turun pada temanku itu untuk menutup auratnya. Amiin...
Namun ada satu hal yang kucurigai mengenai Maya belakangan ini. Dia menjadi begitu bersemangat jika kuajak rapat yang juga dihadiri Isroq. Ia juga sering menanyakan mengenai Isroq pada teman-teman prianya. Wah, bisa bahaya kalau Maya benar-benar jatuh cinta sama Isroq.             Ada dua kemungkinan, Isroq akan menolak Maya mentah-mentah, atau malah dia tergoda oleh Maya yang kecantikannya setara dengan artis-artis papan atas. Pokoknya aku harus mastiin dulu ke Maya !
Akupun bergegas menemui Maya yang baru saja keluar dari ruang kuliahnya. Tanpa ragu-ragu kuajak dia kesudut koridor agar aku bisa berbicara ’empat mata’ dengannya.
”Aku mau nanya sesuatu sama kamu, May.”
”Oh ya, ada apa, Nis?”
To the point aja ya. Maya, apa kamu suka sama Isroq? Maksud aku, apa kamu bener-bener serius suka sama Isroq?” tanyaku penasaran.
”Hemm...Kalau iya, kenapa? Hehe, bukannya kamu udah tau dari dulu ya, Nis? Iya, aku emang beneran suka sama dia, cinta malah...! Aku selalu ngerasa damai saat aku memandangnya, rasanya pengen sama dia terus. Hihi..., aku jadi malu...” jawab Maya tersipu malu.
”Tapi, May....!”
Belum selesai aku berbicara, Maya sudah memotong. ”Dan kamu tahu, Nis? Aku udah ngerencanain buat nyatain perasaan aku ke dia. Aku udah janjian sama dia, nanti sore ketemu di taman kampus. Aku bilang aja ada keperluan Rohis, jadinya dia mau. Nah, nanti kamu temenin aku ya, Nis. Aku nggak berani kalau sendirian. Oke...??!”
Aku terperanjat mendengar kata-kata Maya. Ternyata benar  apa yang kukhawatirkan selama ini, lebih parah malah. Maya nembak Isroq??! Waah apa kata anak Rohis yang lain, pasti orang-orang bakal berpikiran kalau aku makcomlangnya. Gawat, ini bener-bener bahaya!
”Maya, bukannya aku mau melarang kamu, tapi menurutku mendingan kamu ngebatalin niatmu itu deh. Soalnya Isroq.....”
Maya memotong lagi. ”Tenang ajalah, Nis. Ini semua udah aku rencanain secara matang kok. Ditolak atau nggak itu masalah belakangan.  Yang penting si Isroq itu tahu perasaan aku yang sebenernya ke dia. Gituu, Annisa...! Udah ya, aku ada jadwal kuliah lagi nih. Inget kita ketemuan nanti jam 3 di taman kampus. Oke? Daah Annisa....!” Maya beregegas pergi meninggalkanku. Di sini aku hanya bisa terdiam bingung, membayangkan apa yang akan terjadi nanti sore. Semoga saja semuanya akan baik-baik saja. Amiin...
***

Deg, deg, deg, deg.....! Kira-kira begitulah bunyi debaran jantungku dan Maya. Kami semua terdiam sunyi menunggu jawaban dari Isroq. Ya, Maya baru saja menyatakan perasaan sukanya pada Isroq secara terang-terangan. Tak lupa Maya lontarkan pujian-pujian gombalnya pada Isroq. Ia ingin agar Isroq bisa menerima cintanya.
Mata Maya terus memandangi Isroq, sedangkan Isroq masih tetap tunduk dengan ekspresi yang mengundang seribu tanya. Kami hanya merasakan keheningan itu selama beberapa menit sampai akhirnya Isroq mulai bersuara.
” Afwan, May, ane akui, baru kali ini ane ditembak sama akhwat. Jadinya ane bingung mau ngomong apa.” Wajah mereka berdua kelihatan merah.
Tak berapa lama kemudian, Isroq mengangkat pandangannya. Kali ini benar benar memandang Maya. Ia menghela napas beberapa saat. ” Maya, antum tahu cinta itu apa?”
Maya terlihat linglung” Hemm... Menurutku cinta adalah rasa suka terhadap lawan jenis. Dimana kita menjadi selalu ingin melakukan yang terbaik bagi orang yang kita cintai itu.”
Isroq tersenyum kecil, sesekali ia menoleh kepadaku. ” Maya, antum benar, cinta adalah sesuatu yang kita rasakan dalam hati ini yang membuat kita ingin melakukan yang terbaik bagi dia yang kita cintai. Namun, cinta itu tidak hanya untuk lawan jenis kita. Bisa untuk orangtua kita, saudara kita, teman-teman, para tetangga, dan yang terpenting adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia lah cinta sejati setiap makhluk hidup. Dan antum tahu, May? Allah akan memberikan balasan yang tak terhingga bagi hamba-hamba yang cinta pada-Nya.” Isroq berbicara layaknya seorang khotib yang mempesona para jamaahnya. ”Oh iya, ada sebuah pepatah yang berkata, cinta itu anugerah, maka jagalah ia. Cinta itu suci maka, jangan dinodai. Cinta itu mulia, maka cintailah Yang Maha Mulia. Hemm... Cuma itu yang bisa ane katakan, May. Ane ucapin terimakasih ya karena sudah bicara jujur soal perasaan antum yang sebenarnya. Semoga antum bisa memetik hikmah dari ucapan ane tadi, dan menjadi mengerti apa arti cinta sebenarnya.”
Aku dan Maya terdiam seketika mendengar ucapan Isroq. Baru kali ini aku mendengar Isroq bebicara panjang lebar seperti itu apalagi mengenai cinta. Kata demi kata ia rangkai begitu indah. Membuat hati ini kembali teringat pada Yang Maha Esa. Memang tak salah ia terpilih menjadi ketua Rohis. Aku menoleh ke arah Maya. Terlihat jelas ia kehilangan semangat dan optimismenya. Kekecewaan terpampang di wajahnya yang kini memucat. Semilir angin di taman kampus semakin mendramatisasi keadaan saat itu hingga akhirnya suara adzan ashar berkumandang.
            ”Maya, Annisa, sudah masuk waktu Ashar. Mari kita shalat dulu. Oh iya, sebelumnya, tadi ane baru dari toko buku...” ujar Isroq sambil memerkan beberapa buku yang masih bersampul plastik keluar dari tas ranselnya. ”Niatnya, semua buku ini pengen ane taruh di perpustakaan masjid. Nah, ada satu buku yang mudah-mudahan bisa berguna untuk antum sekalian. Ini juga sebagai tanda terima kasih ane buat Maya karena udah mau jujur sama ane. Semoga bisa bermanfaat yah.” Maya mengambil buku kecil  berwarna merah jambu itu dari tangan Isroq tanpa memandangnya.
”Ane duluan ya. Assalamu’alaikum...” kata Isroq yang kemudian meninggalkan kami berdua.
”Wa’alaikumsalam...”
Aku menatap Maya lirih. Kasihan sekali dia, cintanya putus ditengah jalan. Kuhampiri ia dan kupeluk dirinya. Di saat seperti ini, yang ia butuhkan hanyalah dukungan dari sahabat terdekatnya.
”Maya... Sabar yah sayang... Isroq pasti nggak bermaksud buat ngecewain kamu kok. Dia cuma kaget aja karena baru pertama kalinya ditembak cewek. Jangan sedih ya, Maya...” ujarku pada Maya sambil mengelus punggungnya.
”Fiuhh... Nggak apa-apa kok, Nis. Aku baik-baik aja kok. Semestinya aku tahu apa resikonya tindakanku ini. Wajarlah dia ngomong gitu sama seorang perempuan yang berani-beraninya nembak cowok, ketua Rohis lagi. Hahaha, bodoh ya aku...?!” gumam Maya sambil tertawa lesu, yang kemudian dilanjut dengan air mata yang mulai menetes pada pipinya.
” Ya ampun, Maya... Udah ya, jangan nangis lagi.. Mendingan sekarang kita ke masjid, shalat dulu. Biar hati kamu tenang. Oke...!” aku merangkul Maya sambil sesekali mengelus rambut lebatnya. Kami melangkah pelan menuju masjid yang tidak terlalu jauh dari taman kampus.
Selama kami berjalan Maya tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia hanya memandang lurus ke depan dengan wajah pucat. Hingga akhirnya kami sampai ke depan Masjid. Kamipun berwudhu dan lalu shalat berjama’ah. Fiuhh..., lega rasanya seusai mengerjakan shalat. Rasanya, hati yang tadinya hampa menjadi cerah kembali. Semoga kelegaan ini juga dirasakan oleh Maya yang sedang bersedih.
Aku menoleh kepadanya yang duduk bersila di sebelahku dengan masih menggunakan mukenahnya. Wajahnya tampak lebih cerah sekarang, mungkin juga karena pengaruh mukenah putihnya.
” Gimana, May, udah baikkan sekarang?” tanyaku pelan.
”Alhamdulillah, Nis... Perasaan aku udah lumayan lega sekarang. Emang bener ya kata orang, shalat itu penghilang duka dan lara. Bukinya sekarang aku udah nggak sedih lagi nih, meskipun aku masih rada nggak ikhlas sama jawaban Isroq” jawab Maya dengan senyum kecilnya. Ia kemudian mengambil buku kecil yang merupakan pemberian Isroq dari tasnya.
” Aku penasaran sama isi buku ini. Judulnya sih bagus, tapi nyindir aku banget nih. Hehe..”
” Wah, emang apa judulnya?”
” Cinta dan Hidayah, serial ’Jangan Nodai Cinta’. Best seller punya nih. Tentang apaan ya?”tanya Maya sambil mebuka halaman pertama buku itu. Tetapi belum lima menit Maya membacanya, ia sudah menutup buku itu. Ia tertegun dan kemudian kembali meneteskan air matanya. Aku benar-benar bingung melihatnya. Ada apa sih di buku itu??
” Maya.... Kamu kenapa? Kok sedih lagi...? Kan tadi kamu bilang udah lega hatinya sehabis shalat, tapi kok nangis lagi...?” tanyaku panik. Sedangkan Maya hanya diam dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. Tiba-tiba ia bersujud mengarah ke kiblat. Aku yang heran langsung saja mengambil buku kecil tadi. Kubuka halaman pertamanya dan kubaca baik-baik kalimat yang bercetak miring itu. Setelah beberapa saat, kini aku mengerti mengapa Maya menangis.
Di sana tertulis: ”Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ’Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. ’Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman, ’Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak darinya. Dan, hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya...” (an-Nuur:30-31)”
Hatiku terenyuh membaca kata demi kata yang ada pada buku itu. Seakan tahu apa yang sedang terjadi mengenai masalah Maya saat ini. Mayapun bangun dari sujudnya dengan ekspresi sedih.
” Maya........”
”Iya, Nis. Aku tertegun membaca ayat itu. Hatiku bagai tertusuk pedang yang tajam, sangaat tajam. Namun aku tahu, tanpa ditusuk pedang ini, hatiku tidak akan sembuh dari segala racun yang ada di dalamnya. Ya, pedang inilah  yang yang menyadarkan aku dari semua ini. Tidak sepatutnya aku begitu mencintai seseorang sedangkan pada Tuhan saja aku lupa. Aku telah lama jauh dari jalan kebenaran, yaitu jalan-Nya. Selama ini, aku selalu mencari kebahagiaan dunia tanpa tahu tujuan hidupku sebenarnya yaitu untuk beribadah pada Allah, Ar-Rahman, Ar-Rahim! Aku malu sama Allah, Nis... Aku malu...! Astaghfirullah’aladzim....! Astaghfirullah....!” ujar Maya sambil terus menangis. Akupun tidak dapat menahan lagi air mata ini. Rasanya bagai keajaiban Maya bebicara seperti ini. Subhanallah...!
” Iya, Maya... Aku ngerti kok... Alhamdulillah, Allah baru aja memberi hidayah padamu, May. Sungguh seperti apa yang aku harapkan selama ini. Tenang aja ,May, Allah itu Al-Gafuur. Pasti Ia akan memaafkan hamba-hamba-Nya yang bertaubat dengan sungguh-sungguh.” ujarku menyemangati Maya. Ia menoleh kepadaku. ” Makasih banyak ya, Annisa....” kata maya lirih dan kemudian langsung memelukku. Kusambut pelukannya sambil tersenyum bahagia. Kamipun bersujud syukur atas segala sesuatu yang terjadi hari ini. Hati kecilku berdoa;
” Terimakasih Ya Allah... Kau telah memberi anugerah berupa hidayah pada temanku Siti Maymunah. Semoga kami bisa selalu istiqomah di jalan-Mu, dan selalu dalam perlindungan-Mu. Amin, Ya Rabb... Sungguh Engkau Maha Pengasih, Maha Penyayang, lagi Maha Pemberi karunia...”


Itulah dia ceritanya, jangan karena aku bilang ini berdasarkan kisah nyata ku, dikira aku pernah naksir sama ketua Rohis di sekolah ku, nanti ada yang Geer lagi.Wkwkwkk~
Oia, sebelumnya aku ucapkan terimakasih banyak yaa sudah mau baca sampai akhir * it’s really my pleasure !! J *. Aku harap teman-teman bisa menarik hikmah yang ada dalam cerita ini, dan semoga teman-teman lain yang memiliki cerita yang menarik, monggo di share J

Sekali lagi, Arigatoooo ! :D
Wassalamu’alaikum ~



Labels : wallpapers Mobile Games car body design Hot Deal
Category:

0 comments:

Post a Comment

Search Terms : property home overseas properties property county mobil sedan oto blitz black pimmy ride Exotic Moge MotoGP Transportasi Mewah free-islamic-blogspot-template cute blogger template free-blog-skins-templates new-free-blogger-templates good template blogger template blogger ponsel Download template blogger Free Software Blog Free Blogger template Free Template for BLOGGER Free template sexy Free design Template theme blogspot free free classic bloggerskin download template blog car template website blog gratis daftar html template kumpulan templet Honda SUV car body design office property properties to buy properti new